Kamis, 03 September 2009

Tio Cu Liong menyusul Sun Hu-Jin dan merampas Ah Tauw

Sun Shang Xiang / Sun Hu-Jin & Zhao Yun / Tio Cu Liong



Saat mereka semua sedang berdamai demikian, tiba - tiba muncul satu orang dari belakang tirai seraya berseru.

"Orang yang mengusulkan akal ini harus dihukum potong kepala! apakah kau hendak mencelakakan putriku?" kata orang itu.

Semua orang terkejut, karena orang itu adalah Gouw Kok-thay sendiri.

Dengan gusar, Gouw Kok-thay berkata lebih jauh.

"Seumur hidupku aku hanya punya satu anak perempuan, yang telah menikah dengan Lauw Pi. Maka jika sekarang kalian mengerahkan tentara untuk merampas daerah menantuku, bagaimana dengan jiwa puteriku itu?"

Lantas ibu ini menegur puteranya, Sun Koan.

"Kau telah mewariskan usaha Ayah dan Kandamu, kau telah duduk memerintah atas 81 kota, kenapa kau masih tidak tahu cukup? kenapa untuk keuntungan kecil kau hedak melupakan tulang dan daging keluarga sendiri?" Kata Gouw Kok-thay dengan marah.

Sun Koan memberi hormat kepada ibunya, sambil berkata.

"Maaf, Bu-cin (Bu), anakmu tidak akan berani membantah pesan ibu." Kata Sun Koan.

Dia segera menegur dan membubarkan semua menterinya.

Setelah Gouw Kok-thay mengundurkan diri, Sun Koan berdiri sendirian sambil berpikir.

"Dengan hilangnya kesempatan baik ini, kapan Keng-ciu bisa kembali kepadaku?" pikir Sun Koan.

Saat Sun Koan sedang berduka, Thio Ciauw masuk.

"Apa yang mendukakan hati Cu-kong?" tanya hambanya ini.

Sun Koan menuturkan kesukarannya itu.

"Masalah ini mudah saja kita atasi," kata Thio Ciauw. "Sekarang Cu-kong boleh kirim panglima yang dipercaya dengan hanya 500 serdadu saja, dengan diam - diam mereka harus menyelundup masuk ke Keng-ciu. Mereka harus membaca sepucuk surat rahasia untuk Kun-cu (Adik perempuan Sun Koan). Dalam surat itu harus ditulis secara ringkas saja, katakan bahwa Kok-Thay sedang sakit dan keadaanya gawat, Kok-Thay ingin bertemu dengan puterinya, karena itu Kun-Cu hendak disambut pulang dengan segera. Lauw Hian Tek cuma punya seorang putera, puteranya itu harus dibawa pulang sekalian. Maka kemudian pasti Lauw Hian Tek akan menukarkan Keng-ciu dengan Ah Tauw, puteranya itu. "

"Ini akal yang sempurna!" Kata Sun Koan setuju."Aku punya seorangyang cerdik, dia bernama Ciu Sian, yang nyalinya besar, yang tadinya senantiasa ikut kandaku Sun Cek, dia boleh di utus untuk tugas ini."

"Hanya harus dijaga rahasia ini jangan sampai bocor," kata Thio Ciauw memesan Cu-kongnya. "Dia boleh lantas diperintahkan berangkat ke Keng-ciu untuk menemani Kun-cu."

Sun Koan menurut, dia memanggil Ciu Sian menghadap dan memberinya berbagai petunjuk, dan sepucuk surat untuk diserahkan kepada Kun-Cu atau Isteri Lauw Pi. Sesudah itu Ciu Sian diperintahkan pergi menemui Kun-cu di Keng-ciu. Dia harus membawa surat dan dikawal oleh 500 serdadu, yang semuanya harus menyamar sebagai pedagang, yang terbagi dalam 50 buah perahu besar. Surat - surat pun ditulis untuk memudahkan mereka. Di dalam perahu disembunyikan alat senjata.

Ciu Sian menerima tugas itu dan terus mereka berlayar ke Keng-ciu, mereka sampai dengan tidak mendapat rintangan apa- apa. Setelah berlabuh di pantai sungai, seorang diri dengan diam - diam Ciu Sian masuk kedalam kota Keng-ciu. Dia pergi keistana Lauw Pi, disana dia minta pada pengawal pintu untuk memberitahu tentang kedatangannya pada Sun Hu-jin.

Sun Hu-jin menyuruh utusan itu masuk, dengan begitu, Ciu Sian bisa menyampaikan surat Cu-kongnya langsung pada puteri Tong Gouw itu.

Sun Hu-jin menangis setelah membaca surat itu, dia minta penjelasan pada utusan itu tentang sakit ibunya.

"Sakit Kok-thay berat sekali, siang dan malam beliau hanya ingat Hu-jin dan menyebut - nyebut nama mu," kata Ciu Sian memberitahu Nyonya Lauw Pi Ini, "Jika Hu-jin ayal, di khawatirkan Hu-jin tidak bisa bertemu lagi dengan Gouw Kok-thay. Beliau meminta Hu-jin membawa Ah Tauw, karena Kok-thay ingin melihat cucunya."

"Hong siok sedang membawa tentara ketempat yang jauh, sekarang aku mau pulang, aku perlu memberi kabar dulu pada Ku-su agar dia mendapat tahu," kata Sun Hu-jin. "Dengan begitu barulah aku bisa berangkat bersamamu."

"Bagaimana andaikata Kun-su bilang, bahwa Hong-siok perlu diberitahu lebih dulu dan perkenanya harus kita tunggu lama, sedang Gouw Kok-thay sedang gawat - gawatnya?" tanya Ciu sian.

"Jika aku pergi dengan tidak memberitahu lebih dulu, aku khawatir akan kurang baik," kata Sun Hu-Jin..

"Di sungai perahu telah disiapkan," kata Ciu Sian mendesak. "Sekarang Hu-Jin naik kereta saja dan berangkat keluar kota!"

Ingat sakit ibunya sangat gawat, Sun Hu-Jin menjadi bingung. Dial antas saja bersiap, dengan mengajak Ah Tauw, 30 pengiring lebih, yang membawa senjata dan naik kuda, dia berangkat ke luar kota, keretanya menuju pantai ke tempat perahu Tong Gouw yang sedang menunggu disana. Tatkala orang di istana hendak melaporkan keberangkatan Hu-Jin, Hu-Jin sendiri sudah sampai di See-tauw-tin dan sudah naik ke atas perahu Tong Gouw!

Di saat Ciu Sian hendak memberangkatka perahu - perahunya, didarat terdengar suara nyaring :
"Jangan berangkat dulu! Izinkan aku memberi selamat jalan kepada Hu-Jin!" Kata orang itu.

Segera ternyata orang itu adalah Tio In adanya.

Tio Ciu Liong baru pulang sehabis meronda, ketika dia mendengar Hu-Jinnya keluar kota, dia terkejut dan curiga, maka dengan hanya 4 atau 5 orang pengikutnya yang naik kuda, dia menyusul ke pantai, ke perahu orang - orang Tong Gouw yang menyamar sebagai pedagang. Saat Tio Ciu Liong sampai justru perahu sudah akan berlayar dan baru mulai akan berangkat.

Dengan tombak di tangan, Ciu Sian menegur Tio Ciu Liong.
"Siapa kau, beraninya kau merintangi Hu-Jin?" kata Ciu Sian.

Lantas Ciu Sian memerintahkan supaya perahu mereka segera berangkat.

Sementara itu semua tentara Tong Gouw telah mengeluarkan senjata mereka dan berbaris dalam perahu. Perahu sudah mulai berlayar, sedang angin kebetulan tepat bertiup ke arah selatan ke Tong Gouw.

Dengan mengikuti pantai sungai di atas gili - gili, Tio In menyusul.
"Tak apa Hu-Jin pergi, asal aku bisa bicara dulu sepatah kata saja!" Tio Ciu Liong berteriak.

Ciu Sian tidak menghiraukan teriakan panglima Keng-ciu itu, dia hanya mengayuh lebih keras agar perahunya lebih laju lagi bergerak ke arah Tong Gouw.

Tio In terus mengikuti sampai 10 li lebih, Kebetulan di pinggir sungai ada perahu sedang berlabih, sebuah perahu milik nelayan, dengan meninggalkan kudanya, tetapi dengan membawa tombaknya, Tio In melompat naik ke atas perahu itu.

Di atas perahu ada 2 orang nelayan, mereka diperintah mengayuh perahunya untuk mengejar perahu - perahu besar milik Tong Gouw tersebut.

"Lepaskan panah!" Ciu San memberi perintah.

Tio In tidak memperdulikan serangan anak panah bagaikan hujan, dengan tombaknya dia menangkis setiap anak panah yang menyambar ke arahnya, dan anak - anak panah itu semua terlempar jatuh ke air ketika di sampok dengan tombak Tio In. Sementara itu, perahunya maju pesat, sampai hanya terpisah setombak lebih dari perahu besar milik orang Tong Gouw itu.

Sekarang tentara Tong Gouw menggunakan tombak mereka untuk menyerang dan menghalangi Tio In, siapa sebaliknya melepaskan tombaknya dan menggunakan pedang Ceng-hong-kiam buat menyerbu kedalam perahu, disana dia menghadap pada Sun Hu-Jin, yang sedang menggendong Ah Tauw.

"Kau kurang ajar!" teriak Lauw Hu-Jin menegur Tio In.

"Cu-bo (Nyonya) hendak pergi kemana?" Tio In bertanya seraya memasukkan pedangnya kedalam sarungnya. "Kenapa Cu-bo pergi dengan tak memberitahu pada Kun-su?"

"Ibuku sedang sakit keras, aku tak punya waktu lagi untuk memberitahu," Jawab Lauw Hu-jin pada Tio In.

"Jika Cu-bo hendak mengunjungi orang tua, kenapa Siauw cu-jin dibawa pergi?" tanya Tio In.

"Ah Tauw adalah putraku dengan ditinggal di Keng-ciu, tidak ada orang yang merawat dia," jawab Sun Hu-jin.

"Cu Bo keliru," panglima itu berkata. "Semasa hidupnya Cu-jin (majikanku), dia hanya mempunyai seorang putra ini. Ketika di Tiang-poan-po, Siang-yang, Siauw-ciang (Hamba) telah menolong Siauw Cu-jin (Majikan mudaku) ini dari antara 100 laksa serdadu musuh. Tetapi sekarang Cu-bo hendak membawanya pergi, apakah artinya itu?"

Hu Jin menjadi gusar.

"Kau hanya seorang serdadu, bagaimana kau berani campur urusan rumah tanggaku?" bentak Lauw Hu-jin kurang senang.

"Jika Cu-bo mau pergi, silahkan pergi, asal Siauw cu-jin ditinggal, jangan dibawa!" kata Tio In bersikeras.

"Di tengah jalan kau berani lancang masuk kedalam perahuku, kau pasti berniat jahat?" kata Lauw Hu-jin menegur Tio In.

Tapi Tio In tetap tidak memperdulikannya.

"Jika Cu-bo tidak mau meninggalkan Siauw-cu-jin, kendati harus berlaksa kali, In tidak berani memberi ijin Hu-jin berangkat!" Kata Tio Cu Liong dengan gagah.

Sun Hu-jin memerintahkan budak - budaknya menggusur pergi Tio In, tetapi Tio In mendorong Budak - budak itu hingga berjatuhan, setelah itu dia maju, merampas Ah Tauw dari tangan Sun Hu-jin, untuk terus dibawa lari ke perahu. Adalah disini membuat Tio In menjadi serba salah. Dia mau mendarat tetapi dia tidak mempunyai pembantu. Dia hendak menggunakan kekerasan, tetapi tidak tega terhadap cu-kong perempuannya itu.

"Rebut anakku!" teriak Hu-jin memerintahkan kepada budak - budaknya.

Dengan sebelah tangan menggendong Ah Tauw, Tio In berdiri dengan pedang terhunus, hingga tidak ada orang yang berani mendekatinya.

Ciu Sian berada dibelakang perahu, dia tidak memperdulikan yang lain daripada memerintahkan tukang - tukang perahu mengayuh terus, agar juru mudi menujukan kendaraannya ke hilir, mengikuti aliran angin. Angin itu membuat perahu - perahu itu maju dengan cepat ke tengah sungai.

Tio In sangat masgul dan bingung. Dengan terus menggendong Ah Tauw, dia hanya bisa berdiri saja di atas perahu musuh. Dia tidak bisa mendarat karena tepi sungai cukup jauh dari perahunya.

Saat perahu sedang berlayar dengan pesat, tiba - tiba dari sebelah hilir kelihatan mendatangi belasan perahu, dari perahu - perahu itu terdengar suara tetabuhan dan terlihat benderanya berkibar - kibar.

"Aku telah tertipu siasat pihak Tong Gouw.." Tio In mengeluh.

Tetapi ketika perahu - -perahu itu telah datang mendekat, di perahu pertama tampak panglima yang bersenjatakan tombak, yang berteriak :
"Enso, tolong tinggalkan kemenakanku!" Teriak panglima itu.

Ternyata orang itu adalah Tio Hui, yang kebetulan sedang meronda, ketika mendengar keberangkatan Sun Hu-jin, dia segera membawa perahu perangnya akan mencegat perahu - perahu Tong Gouw itu ditengah perjalanan mereka.

Apabila kedua perahu sudah datang dekat satu pada lain, dengan pedang terhunus, Tio Hui melompat ke perahu Tong Gouw.

Melihat datangnya Tio Hui, Ciu Sian datang dengan goloknya untuk membuat perlawanan. Tetapi dengan satu bacokan, dia dibikin roboh, batang lehernya di tebas, kepalanya dilemparkan kehadapan Sun Hu-jin!...

Nyonya Lauw Pi ini terperanjat.

"Siok-siok (paman), kenapa kau begini kurang ajar?" Sun Hu-jin menegur.
"So-so (Kakak ipar) telah tidak menghargai koko (kanda), kau pulang dengan tidak setahu koko-ku," kata Tio Hui membalas. "Itu perbuatan tidak tahu aturan!"

"Ibu ku sakit berat, keadaannya berbahaya, jika aku tunggu sampai koko mu pulang, bisa gagal," kata Sun Hu-jin. "Jika kau tidak mengijinkan aku pergi, aku lebih suka terjun kedalam sungai!"

Mendengar ancaman itu, Tio Hui mengajak Tio In berdamai. Tio In mengambil keputusan.

"Jika kita memaksa sehingga Hu-jin binasa, itu bukan perbuatan seorang menteri. In menganggap lebih baik Hu-jin diizinkan pergi, asal Ah Tauw ditinggalkan disini!" Kata Tio In.

Setelah mendapat kecocokkan, Tio Hui menghadapi ensonya.

"Koko ku adalah paman Sri Baginda Kaisar Han, dia tidak memalukan Soso," kata Tio Hui, "Sekarang Soso hendak berpisah dari Koko, maka jika Soso ingat akan kebaikkan Koko, harap kau suka lekas kembali!"

Habis berkata begitu, Tio Hui menyambut Ah Tauw dari tangan Tio In, kemudian mereka berdua kembali ke perahu mereka, Lima perahu Sun Hu-jin diperkenankan berlayar terus.

Tio Hui dan Tio In pulang dengan kegirangan. Mereka berlayar baru beberapa li, lantas mereka disambut oleh Khong Beng yang datang dengan sepasukan perahu perang.

Cu-kat Liang girang sekali melihat Ah Tauw dapat dirampas kembali dari tangan Sun Hu-jin.

Kemudian, dengan menunggang kuda, bertiga Khong Beng mereka pulang ke dalam kota. Dia lantas menulis surat untuk Lauw Pi, menerangkan tentang Sun Hu-jin yang pulang dan katanya akan menjenguk ibunya yang sedang sakit. Khong Beng mengirim utusan membawa surat itu ke Kee-beng-kwan.

Sun Hu-jin telah sampai di Tong Gouw dan bertemu dengan Sun Koan, saudaranya. Dia memberitahu bagaimana Tio In dan Tio Hui sudah merampas Ah Tauw, bagaimana Ciu Sian telah dibinasakan oleh Tio Hui.

Mendengar laporan itu, Sun Koan gusar sekali.

"Adik perempuanku telah pulang, perhubungan persanakan telah terputus," kata Sun Koan. "Sakit hati dari terbunuhnya Ciu Sian bagaimana bisa tak kita balas?"

Lantas Gouw Houw Sun Koan mengumpulkan semua manterinya, buat merundingkan soal menyerang dan merampas Keng-ciu.

Sabtu, 29 Agustus 2009

Atas kejahatannya Lauw Hong dihukum mati.
Di perbatasan Siang-yang (Siang-yang kota yang dikuasai pihak Wei, sedang Sian-yong milik Lauw Pi), Ci Hong dan Hee-houw Siang sedang berunding, siap untuk menghadapi serangan dari angkatan perang Shu.
Saat itu kebetulan Lauw Hong yang membawa 50.000 tentaranya telah tiba di Siang-yang, dia datang untuk mencari dan menangkap Beng Tat. Begitu dia sampai, dia langsung menantang perang pada Beng Tat.
Mula - mula Ci Hong maupun Hee-houw Siang sangat heran; mengapa panglima Shu itu menantang panglima dari negerinya sendiri. Keheranan itu tidak berlangsung lama, karena tidak lama kemudian Beng Tat pun datang bersama pasukan dari negeri Wei. Ci Hong dan Hee-houw Siang langsung saling berkenalan. Kemudian mereka bersama - sama bersiap akan menghadapi pasukan dari negeri Shu yang dipimpin oleh Lauw Hong itu.
Ketika Lauw Hong datang menantang orang dan akan dihadapi oleh Ci Hong dan Hee-houw Siang, Beng Tat memberi saran pada kedua rekan barunya dari Negeri Wei itu.
"Aku dan Lauw Hong berdualah yang menyebabkan Kwan Kong meninggal di kota Bek-Shia, karena kami berdua tidak mau membantu Kwan Kong." kata Beng Tat berterus terang.
Ci Hong mengangguk.
Beng Tat lalu menulis surat untuk Lauw Hong yang dia kirimkan melalui seorang kurir untuk disampaikan pada Lauw Hong. Surat Beng Tat mengajak Lauw Hong supaya menakluk pada Wei.
Saudara Lauw Hong,
Aku sudah ada di pihak Wei, lebih baik kau bergabung dengan kami, karena Lauw Pi pasti akan mencelakakan kau. Aku yakin Lauw Pi merencanakan akan membunuhmu. Aku tunggu kabar darimu.
Beng Tat.
Surat itu segera dikirim, Lauw Hong menerimanya. Sesudah membaca surat itu, bukan main marahnya Lauw Hong.
"Beng Tat Sial, kaulah yang menyebabkan aku berkhianat pada Han Tiong-ong dan yang meninggalnya Pamanku, Kwan Kong. Sekarang kembali kau mengajak aku berkhianat. Tidak, aku tidak mau ikut denganmu!" kata Lauw Hong.
Lauw Hong segera merobek - robek surat Beng Tat itu. Utusan Beng Tat pun ia bunuh. Maka binasalah utusan yang tak tahu apa- apa itu di tangan Lauw Hong yang sudah marah sekali.
Lauw Hong keluar menantang perang, tahu utusannya tak kembali, Beng Tat pun bersiap akan menerima tantangan Lauw Hong, bekas rekannya dalam mencelakakan Kwan Kong itu.
Sesudah kedua pasukan itu saling berhadapan, Lauw Hong memaki pada Beng Tat.
"Pengkhianat, mari maju lawan aku!" Kata Lauw Hong,
"Aku pengkhianat? Bukankah kau juga sama pengkhianat?" Kata Beng Tat.
Lauw Hong gusar dan langsung menyerang. Baru bertarung beberapa jurus, Beng Tat melarikan diri dari hadapan lawannya. karena panas hatinya Lauw Hong mengejar Beng Tat. Tapi saat hampir saja Beng Tat terkejar, datang Ci Hong dan Hee-Houw Siang membantu Beng Tat mengeroyok Lauw Hong. Lauw Hong tak sanggup melawan 2 musuh yang tangguh itu, lalu dia kabur. Ci Hong, Beng Tat, dan Hee-houw Siang mengejar lawannya ini. Tentara Lauw Hong yang ikut kabur segera mendapat kerusakan besar. Lauw Hong kembali terus kabur dan kembali ke Siang-yong.
***
Sementara itu Lauw Hong kembali ke Siang-yong dan langsung menghadap Lauw Pi, ayahnya. Dia mengaku bersalah dan mengatakan dia kalah perang.
"Anak celaka!" Kata Lauw Pi. "Karena ulahmu, pamanmu Kwan Kong meninggal. Kenapa ketika pamanmu minta bantuan, kau tidak segera membantu dia? Sesudah kau kalah perang, sekarang kau berani pulang?"
"Ketika Siok-hu kesulitan, aku akan segera mengirim bantuan. Tetapi Beng Tat menghalangi ku, akibatnya Siok-hu meninggal," kata Lauw Hong.
Mendengar pengakuan itu Lauw Pi makin gusar. Dia anggap Lauw Hong tak punya pendirian.
"Mengapa kau mau dipengaruhi oleh Beng Tat?" kata Lauw PIi. "Bukankah kau juga makan nasi dan kau bukan patung! Mengapa kau mau bersekongkol dengannya?"
Lauw Hong diam saja.
"Algojo penggal kepalanya!" Kata Lauw Pi penuh dengan amarahnya.
Mendengar keputusan ayahnya Lauw Hong kaget sekali, tapi tak berdaya. Tak lama dia sudah ditangkap. Mereka tidak menghiraukan ratapan Lauw Hong, maka Lauw Hong pun tewas karena di hukum mati oleh ayah angkatnya, Lauw Pi.
Sesudah Lauw Hong meninggal,, datang anak buah Lauw Hong dengan maksud untuk melapor.
"Apa yang hendak kau laporkan?" kata Lauw Pi yang masih gusar.
"Ketika Lauw Hong menyusul Beng Tat, Lauw Hong pun diajak berkhianat lagi oleh Beng Tat. Tapi Lauw Hong menolak dengan keras dan merobek surat Beng Tat." Kata anak buah Lauw Hong itu.
Lauw Pi kaget mendengar Laporan itu, dia tak mengira kalau Lauw Hong sekarang telah berubah pikiran dan tak mau bersekongkol dengan Beng Tat, tapi semua itu sudah terlambat dan Lauw Hong pun telah meninggal. Lauw Pi menyesal bukan main, karena dia terlalu cepat menjatuhkan hukuman mati kepada Lauw Hong. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dan dialami oleh Lauw Pi sangat bertubi - tubi, suatu ketika Lauw Pi akhirnya jatuh sakit. Dia menyesal telah membunuh anak angkatnya tanpa menyelidik lagi...
***

Kamis, 27 Agustus 2009

Sun Koan / Sun Quan & Lu Bong / Lu Meng
Sementara itu Sun Koan yang telah merebut seluruh Keng-Ciu telah memberi hadiah pada panglima dan tentaranya dan mengadakan pesta besar untuk semua panglima perangnya. Lu Bong telah diperintahkan duduk dibangku bagian atas, sambil menunjuk pada Laksamana Lu Bong, Sun Koan berkata kepada semua panglimanya yang lain, "sudah lama aku ingin mendaparkan Keng-Ciu dan sekarang kota itu telah berhasil kita rebut, semua itu karena jasa Laksamana Lu Bong!"
Tetapi Lu Bong sambil merendahkan diri menampik pujian Sun Koan itu sambil tersenyum.
"Dulu Laksamana Cui Ji sangat gagah dan pandai luar biasa, dia telah melabrak Co Coh di Cek Pek," kata Sun Koan, "sayang dia telah menutup mata dalam usia yang masih sangat muda, Sebagai gantinya lalu diangkat oleh Lou Siok ialah Lu Bong. Begitu menghadap koh, Cu Keng telah bicara tentang usaha kerajaan. Ini adalah yang pertama menggirangkan koh. Baru - baru ini Co Coh mengadakan gerakan tentara kearah timur, semua orang telah membujuk koh agar menakluk saja selain Cu-Kong seorang yang mencegah dan dia menasehati untuk memanggil Kong Kin dan Ciu Ji hingga kejadian Kong Kin telah melabrak Co Coh. Ini adalah hal kedua yang menggirangkan koh. Satu cacat dari Cu Keng adalah waktu dia menasehati koh untuk meminjamkan Keng-Ciu kepada Lauw Pi. Tapi sekarang Co Beng dengan daya-upayanya yang bagus telah mendapatkan kembali Keng-Ciu maka itu bisa dibilang dia menang jauh dari Cu Keng dan Ciu Long!"
Lantas dengan tangannya sendiri, Sun Koan menghaturkan arak pada Lu Bong.
Jendral itu menyambut cawan arak itu, disaat dia hendak minum arak itu mendadak cawan arak itu dia bantingkan ke jubin lalu dengan sebelah tangannya, dia jambak Cu-Kongnya itu yang terus saja dia damprat, "Bocah bermata biru! Tikus berkumis pirang! Kau kenal aku atau tidak?"
Semua panglima perang menjadi kaget, mereka lantas maju untuk menolongi Cu-Kong mereka, tetapi Lu Bong sudah menjoroki Cu-Konngnya itu seraya dia terus maju menghampiri kursi Cu-Kongnya, sesudah itu dia terus duduk di kursi Cu-Kongnya itu, sepasang alisnya berdiri, kedua matanya terbuka lebar. Dia terus saja bicara dengan nyaring. "Sejak aku melabrak Kawanan Pelangi Kuning, untuk 30 tahun lebih lamanya aku telah malang - melintang di kolong langit, siapa tahu sekarang ini aku telah kena terjebak oleh tipu dayamu yang licin! Di waktu hidup aku tidak mampu gegares dagingmu, setelah mati jahanam Lu Bong, aku akan uber - uber rohmu! Aku adalah Han Siu Teng Houw Kwan In Tiang!"
Sun Koan menjadi kaget, segera dia ajak semua orang peperanganya, dengan pangkatnya tinggi dan rendah, menjurah pada Lu Bong yang kesurupan Roh Kwan Kong. Setelah itu Lu Bong roboh sendiri dengan mengeluarkan darah dari hidung, mulut, mata, kuping, dll.
Melihat kejadian itu, semua pembesar menjadi kaget dan ketakutan.
Sun Koan memerintahkan mayat Lu Bong diurus dengan baik dan dikubur dengan kehormatan militer, dia lalu memberinya gelar mati (Anumerta) adalah Lam-Kun Thay-Siu merangkap menjadi Cian-Leng Houw. Dan putranya Lu Pa, mewariskan gelar ayahnya.
Kejadian hebat atas diri Lu Bong itu membuat Sun Koan heran, hingga dia tidak gampang - gampang melupakannya.
***

Minggu, 16 Agustus 2009

Guan Yu/ Kwan Kong & Guan Ping / Kwan Peng


Waktu itu sudah jam lima lewat.
Saat Kwan Kong berjalan meneruskan perjalananya, tiba - tiba terdengar suara teriakan- teriakan yang sangat hebat, yang disusul dengan keluarnya pasukan - pasukan musuh yang tadinya bersembunyi di kedua tepi jalan yang terlindung semak belukar itu dan mereka itu telah menyerang dengan menggunakan pedang dan tambang.
Tak ampun lagi kaki kuda Kwan Kong tergaet dan terbelit tambang hingga keserimpat dan kuda itu jatuh sehingga Kwan Kong pun ikut roboh dari atas kudanya. Dengan demikian Kwan Kong pun tertubruk Ma Tiong, panglima Phoa Ciang dari pihak Gouw dan akhirnya tertawan. Lantaran roboh dari kuda dan tergaet, dia jadi tidak berdaya.
Ketika Kwan Peng mengetahui ayahnya ditawan musuh, dia langsung maju ke depan dengan niat menolongi ayahnya, tapi Chu Jian dan Phoa Ciang telah mengejar dan menghalanginya hingga Kwan Peng pun ikut terkepung, karena sendirian saja Kwan Peng juga sudah berhasil dirobohkan dan di tawan oleh musuh.

Pagi itu Sun Koan telah menerima laporam bahwa Kwan Kong dan Kwan Peng telah ditawan, dia jadi sangat girang. Sun Koan langsung berkumpul di kemahnya.

Tidak lama, dengan digiring oleh para prajurit yang menjaganya Kwan Kong dibawa mengahadap ke hadapan Sun Koan.

"Sudah lama koh kagum pada kebijaksanaan Ciang-Kun, maka itu aku ingin berbesan dengan Ciang-Kun tetapi mengapa Ciang-Kun malah menolak harapanku itu?" kata raja muda dari Tong Gouw. "Ciang-Kun terlalu menganggap kau tak ada tandinganya di kolong langit ini, maka kenapa sekarang kau tertawan olehku? Ciang-Kun, apakah kau sekarang mau tunduk kepada Sun Koan atau tidak?"

Kwan Kong gusar sekali.

"Bocah bermata biru! Tikus berkumis pirang!" Kwan Kong membentak. "dengan Lauw Hong-Siok aku telah angkat saudara ditaman Toh, kami telah bersumpah akan membangun kerajaan Han, cara bagaimana aku sudi berkawan dengan segala dorna pemberontak kerajaan Han? Aku telah jatuh kedalam akal busukmu, kematian adalah bagian ku, buat apa banyak bicara lagi?"

Sun Koan menoleh pada orang - orangnya.

"In Tiang seorang yang gagah di zaman ini, aku sangat sayangi kepadanya, sekarang aku hendak memperlakukan dia dengan hormat, supaya dia suka menakluk, bagaimana pendapatkalian semua?"

"Jangan," kata Cu-Pouw Coh Han. "Dulu Co Coh sudah mendapatkan orang ini, dia di anugrahi kehormatan selaku Raja-Muda kepadanya, setiap tiga hari sekli diadakan pesta kecil, setiap Lima hari diadakan pesta besar. Dia telah dihormati begitu rupa toh dia tak dapat di cegah pergi hingga dia berhasil melewati kota - kota dan membunuh panglima perang Co Coh, malah sekarang ini Co Coh berbalik di desak, sampai hampir saja dia memindahkan Kota-raja saking takutnya untuk menyingkir dari dia. Cu-kong sekarang telah menawan dia, apabila dia tidak segera di singkirkan di kemudian hari dia bakal menjadi ancaman bencana besar bagi tuanku!"

Sun Koan diam untuk berpikir, sampai sekian lama dia baru berbicara lagi dengan agak ragu.

"Kata-katamu benar juga" Kata Sun Koan kemudian.

Maka Sun Koan langsung memerintahkan anak buahnya menggusur Kwan Kong dan Kwan Peng keluar. Kwan Kong dan Kwan Peng, ayah dan anak dihukum mati bersama- sama.
"Aku dan In Tiang telah bersumpah untuk hidup dan mati bersama- sama, jika benar dia telah meninggal dunia, mana bisa aku hidup sendirian?" kata Lauw Pi.
Khong Beng dan Khouw Ceng terus membujuki cu-kongnya ini.
justru saat itu, pengawal memberitahu kedatangan Ma Liang dan I Cek yang segera mengahadap pada Lauw Pi.
Lauw Hian Tek memerintahkan supaya kedua orang itu masuk dan mereka lantas ditanya, mereka membawa kabar apa.
Dua orang ini memberitahu bahwa Keng-Ciu telah jatuh dan Kwan Kong karena kekalahannya memohon bala bantuan. Mereka lantas menghaturkan surat Kwan Kong.
Lauw Pi belum sempat membaca surat itu ketika pengawal datang lagi menghadap dengan laporan atas kedatangan Liauw Hoa.

"Panggil dia masuk!" Lauw Pi memerintahkan pengawal itu.
Liauw Hoa lantas masuk untuk segera berlutut di depan Lauw Pi, sambil menangis dia menceritakan bagaimana Lauw Hong dan Beng Tat tidak mau mengirimkan bala bantuan untuk menolongi Kwan Kong.
Bukan main kagetnya Lauw Pi mendengar laporan itu.
"Kalau begitu, habislah adikku!" dia berseru.
"Lauw Hong dan Beng Tat begitu kurang ajar, dosa mereka tak dapat diampuni lagi!" kata Khong Beng. "Sekarang Cu-kong boleh legakan hatimu, nanti Liang sendiri yang akan memimpin angkatan perang untuk menolongi Keng-Ciu."
Lauw Pi lantas saja menangis.
"Jika In Tiang kenapa-napa, koh pasti tak akan mau hidup sendirian," kata Lauw Pi. "Besok koh sendiri yang akan memimpin tentara untuk menolongi In Tiang...."
Dengan lantas, dengan berbarengan Lauw Pi mengeluarkan dua perintahnya salah satu untuk mengirim kabar pada Thio Hui di Long-Tiang dan yang satu lagi buat segera menyiapkan angkatan perang.
Belum sampai terang tanah, waktu datang saling susul beberapa kali. Bahwa Kwan Kong malam-malam ini juga telah menyingkir ke Lim-Ci, tetapi disana dia kena tawan oleh Panglima Gouw karena dia tidak mau menakluk, dia dan anaknya telah "Pulang menjadi malaikat."
Ketika Lauw Pi mendengar warta terakhir, dia menjerit keras dan roboh pingsan.

Guan Yu / Kwan Kong
(162 - 219)
"In Tiang, kau ada dimana?" Kata Pouw Ceng.
Roh Kwan Kong langsung sadar, ia turun dari kudanya, ia loncat turun ke depan kelenteng. Dia berdiri dengan bertolak pinggang.
"Suhu, kau siapa?" tanya roh Kwan Kong. "Aku mohon Suhu beritahu gelarmu"
"Nama Pin-ceng adalah Pouw Ceng." sahut si pendeta tua. "Dulu di Sui-Si-Kwan, di kelenteng Tin Kok Si, pin-ceng pernah bertemu dengan Kun-Houw. Apakah Kun-Houw sudah lupa?"
"Dulu Su-hu telah menolongiku, budimu itu aku tidak bisa melupakannya!" kata roh Kwan Kong.
"Skarang aku telah celaka dan telah binasa, aku mohon Su-hu suka menunjukkan padaku jalan keluar dari tempat yang sesat ini...."
"Kun-Houw, dulu dan sekarang sangat lain," kata Pouw Ceng. "Begitulah jalannya penghidupan manusia, ada sebab ada akibat. Ciang-kun telah celaka di tangan Lu Bong kemudian Ciang-kun berteriak-teriak memohon kepala Ciang-kun dikembalikkan, tetapi jangan lupa bagaimana dengan kepala Gan Liang dan Bun Ciu serta enam panglima dan yang lain-lainnya dari lima kota? Kepada siapa mereka bisa meminta kepala mereka masing - masing supaya dikembalikkan?"
Di jawab begitu Kwan Kong insaf, dia lantas memberi hormat pada Pouw Ceng lalu pergi. Sejak saat itu dan selanjutnya dia selalu memperlihatkan diri di Giok-Coan-San sehingga penduduk di tempat itu jadi terpengaruh oleh kebijaksanaan Kwan Kong. Kemudian mereka mendirikan sebuah kelenteng di atas puncak gunung dan setiap tahun di empat musim diadakan sembahyang untuk menghormati Kwan Kong dan kebijakannya. Bahkan dia disebut Dewa Peperangan Pelindung Rakyat.

Jumat, 14 Agustus 2009

*Berakhirnya Periode Tiga Negara

Ketika negara berperang tiada henti untuk saling memperebutkan kekuasaan. Namun, mereka tidak berhasil menyatukan China.

Pada tahun 263, Sima Zhao dari Cao Wei mengirim pasukannya untuk menyerang Shu Han, Dalam peperangan tersebut, Liu Chan, anak dari Liu Bei mnyerah. Dengan demikian berakhir lah kerajaan Shu Han.

Setelah Sima Zhao meninggal tahun 265, putranya Sima Yan merampas kekuasaan Cao Wei dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Wu Dynasty Jin dengan ibukota Luoyang. Ia memaksa kaisar Yuan dari kerajaan Cao Wei mengundurkan diri.

Tahun 280, pasukan Jin berhasil menaklukkanibukota Jianye, Sun Hao menyerah. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Wu Timur. Upaya ketiga negara, Shu, Wei, dan Wu untuk menyatukan China Gagal. Akhirnya, yang berhasil menyatukan China adalah Dynasty Jin.
*Sekilas Tentang Negara Wu
Pada tahun 229, Sun Quan yang menjadi upeti kerajaan Cao Wei juga menobatkan diri sebagai Kaisar Wu dan negara Shu juga pernah bekerja sama menaklukkan Cao Cao. Ahli strategi perang Zhuge Liang dari Shu dan Zhou Yu dari Wu, dan dibantu oleh siasat jebakan Huang Gai dan Pang Tong berhasil menghancurkan seluruh bala tentara Cao Cao kehilangan banyak tentara.

*Sekilas tentang Negara Shu
Setelah berjasa menumpas pemberontakan Huangjin, Liu Bei yang masih mempunyai garis keturunan Raja Han di berikan jabatan kecil sebagai pejabat Bupati disebuah kabupaten di daerah Anxi.
Pada tahun 221, Liu Bei mengangkat dirinya sebagai Kaisar di Cheng Du, dengan nama kerajaan Shu Han. Dalam upaya mempersatukan China, dan mengembalikkan kekuasaan Dynasty Han, Liu Bei dibantu kedua saudara angkatnya, Guan Yu dan Zhang Fei. Ia juga dibantu ahli strategi perang Zhuge Liang, yang mempunyai kecerdasan dan kecerdikan yang luar biasa.

*Sekilas tentang Negara Wei

Setelah menguasai raja muda Dynasty, Han Hian Tee, pada tahun 216, Cao Cao menobatkan dirinya sebagai Raja Wei. Pada tahun 220, Cao Cao meninggal, Cao Pi, putranya naik tahta dan mendirikan kerajaan Cao Wei. Dengan demikian, berakhirlah Dynasty Han yang saat itu di pimpin oleh Kaisar Xian.

Cao Cao pernah membawa pasukan ke suatu daerah dan ternyata daerah itu sangat tandus dan kering. Namun dengan kecerdikannya, Ia berhasil membawa pasukannya keluar dari daerah itu. (Cheng Yu : Wang Mei Zhi Ke "Mengatasi kehausan dengan membayangkan buah plum")

Selasa, 11 Agustus 2009

- Berdirinya Dyansty Qin


Setelah mendirikan Dynasty Qin, Yin Zheng mengganti panggilannya menjadi Qin Shi Huang. Di bantu oleh Li Si, kaisar pertama yang memerintah dengan tangan besi, ia mulai membenahi dan menyusun sistem pemerintahan dengan menggenggam kekuasaan mutlak di tangannya.


Pekerjaan lain yang harus segera diselesaikan adalah bidang ekonomi yang porak poranda akibat perang, penyamaan satuan ukuran, mata uang dan bentuk aksara yang berbeda - beda di antara negara - negara yang ditaklukkan.
Karya lain yang sangat spektakuler dari Qin Shi Huang selama kepemimpinannya adalah tembok raksasa yang panjangnya mencapai 5000 km dan istana Epang di Shang Lin yang melibatkan ratusan ribu pekerja untuk menyelesaikannya. Didalam makamnya di gunung Lisan, terdapat 700 ribu patung yang terbuat dari tanah liat
Banyak orang yang menghembuskan napas terakhir dlm kerja paksa untuk menyelesaikan proyek - proyek raksasa tersebut. Salah satu kisah terkenal adalah tentang ratapan Meng Jiangnu. Ia baru saja menikah, namun sang suami, seorang pelajar, di bawa paksa untuk bekerja di tembok raksasa. Karena suaminya sudah lama tidak pulang, Meng Jiangnu menyusul ke tembok raksasa untuk mencarinya. Namun, ia tidak berhasil menemukan suaminya dan ia pun menangis. Ratapan kesedihannya sampai merobohkan sebuah pojok tembok raksasa tersebut. Dari reruntuhan tembok itu berserakan tulang belulang ribuan korban kerja paksa.
Shih Huang Ti
(259 - 210 SM)
Shih Huang Ti adalah seorang kaisar besar yang memerintah China dari tahu 238 - 210 SM. Shih Huang Ti dilahirkan pada tahun 259 SM dan wafat tahun 210 SM. Pada masa pemerintahannya, ia berhasil menyatukan China dengan kekuatan senjata dan meletakkan dasar- dasar bagi berbagai perombakan. Perombakan ini merupakan faktor utama dalam penyatuan budaya China yang masih diterapkan hingga kini.
Shih Huang Ti berhasil melakukan perubahan - perubahan besar untuk China. Berdasar tekad untuk mencegah tercerai berainya China yang telah merusakkankerajaan Chou, ia memutuskan menghapus habis seluruh sistem pemerintahan feodal. Wilayah yang dikuasainya di bagi - baginya dalam 36 provinsi dan setiap provinsinnya diangkat seorang gubernur sipil yang langsung ditunjuk oleh kaisar. Shih Huang Ti mengeluarkan dekrit bahwa gubernur provinsi tidak lagi berdasarkan keturunan. Akibat keputusan ini, terjadilah kebiasaan memindah - mindah guberbur dari satu provinsi ke provinsi lain untuk mencegah kemungkinan timbulnya pejabat daerah yang ambisius dan menyusun basis kekuatan untuk kepentingan diri sendiri. Pemindahan pegawai dari satu daerah ke daerah lain itulah yang disebut mutasi. Selain melakukan mutasi terhadap pejabatnya, dia juga menunjuk pejabat ketiga untuk memelihara keseimbangan antara guberbur sipil dan gubernur militer. Dalam hal pembangunan fisik, dia membangun jalan raya yang panjang dan rapi yang menguhubungkan ibu kota dengan kota - kota provinsi. Jalan raya itu di bangun sedemikian rupa untuk memastikan tentara pusat dapat sampai ke daerah - daerah jika suatu saat terjadi pemberontakan. Shih Huang Ti pun tak lupa mengumumkan aturan bagi aristrokat - aristrokat lama yang masih hidup harus menetap di ibu kota Hsieng dengan maksud supaya mereka dapat dengan mudah diawasi gerak - geriknya.
Akan tetapi, Shih Huang Ti tidaklah puas hanya sampai urusan persatuan politik dan militer saja, dia juga berusaha menggalang kesatuan ekonominya. Dia menentukan aturan untuk berat timbangan dan panjang suatu barang. Dia menetapkan standar mata uang, macam - macam peralatan, lebar dan pangjang kendaraan, serta mengawasi konstruksi jalan raya dan saluran -saluran air. Dia juga menetapkan sistem hukum yang seragam untuk seluruh China beserta standar bahasa tulisan.
Politik luar negeri yang diterapkan oleh Shih Huang Ti juga sama keras kuatnya. Dia melakukan penaklukan besar - bsaran di bagian Selatan China, dan daerah - daerah yang ditaklukan dimasukkan kedalam wilayah China. Begitu juga di utara dan barat, pasukannnya berhasil melakukan penaklukan. Meskipun Shih Huang Ti berhasil menguasai daerah - daerah di sekitar wilayah China, namun dia tidak mampu menundukkan penduduknya secara permanen.Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran akan adanya peperanganterhadap China. Untuk mencegah jangan sampai China diserang, Shih Huang Ti menghubungkan berbagai benteng daerah yang memang sudah ada di perbatasan China utara sehingga menjadi jalur tembok raksasa. Tembok Besar China tersebut hingga kini masih utuh bahkan menjadi salah satu keajaiban dunia dan merupakan daya tarik wisata bagi turis mancanegara.
Sekilas tentang Shih Huang Ti tersebut dapat di cermati bahwa ia adalah seorang tokoh popular yang memiliki keyakinan dan kemantapan menuju masa depan, khususnya masa depan China di era sebelum masehi. Berbagai perubahan yang dilakukannya dengan berani meskipun harus melawan budaya lama, mampu membuat orang China merasa gembira karena pemerintahan Tirani telah berakhir di China.

Jumat, 07 Agustus 2009

Lu Xun "Dynasty Warriors 6"

Lu Xun "Dynatsy Wrariors 5"


A Wu officer who married Sun Ce's daughter. A very a thougtful young man whose distinguished service was rewarded with a promotion from Sun Quan. In cooperation with Lu Meng, he managed to defeat Guan Yu and succeeded in recapturing Jing. At The Battle Of Yi Ling, he saved as supreme commander, leading Wu to a carefully planned victory over Liu Bei and the massive Shu army.
Zhou Yu "Dynasty Warriors 5"
Zhou Yu "Dynasty Warriors 6"
(175 - 210)

A Wu officer. He was the sworn brothers of his lord, Sun Ce. According to Sun Ce's will. He became chief lieutenant to the young Sun Quan. At The Battle Of Chi Bi. he served as the commander, leading his fleet to victory over the much larger forces of Cao Cao. He was often complimented on his good looks.
In Musou mode in Dynasty Warriors 5, The Legends Of Zhou Yu, Zhou Yu said "I have a dream that my beloved lord, Sun Ce, and i may one day realize a world free from chaos and united in a new era peace under The Kingdom Of Wu"
Zhou Yu die in 36 years olds.


Sun Quan
(182 - 252)
The first emperor of the Wu Kingdom. He was the second son of Sun Jian and young brother of Sun Ce. He succeeded the family line following Sun Ce's sudden death. Of his young brother, Sun Ce is to have said, "you believe thet your offense is strong, but in actuality. It is your defense which is stronger". A Battle Of Chi Bi, Sun Quan faced the larger forces of Cao Cao and managed to emerge victorious.
Sun Ce
(175 - 200)
The oldest son of Sun Jian. After his father's death, Sun Ce went to serve Yuan Shao. Later, borrowing 3000 troops in exchange for the imperial seal, he went on to raise his own army in a short while, he had already stabilized the land of Jian Dong, giving him the nickname of "Little Conqueror". Starting with his old friend, Zhou Yu, he went on together many talented officers, laying the foundation for the Wu Kingdom.
Sun Ce died on 26 years olds.

Kamis, 06 Agustus 2009

Zhuge Liang
(181 - 234)
The Shu Strategist and advisor. He was often referred to as "The Sleeping Dragon". He decider to serve Liu Bei after being honored by three visitd from the young shu leader. A genius of both domestic and foreign affairs, he was a major contribution to the founding of The Shu Kingdom. he attempted to conquer the northern territories on five different occasions, but halfway to realizing his dream, he died at The Wu Zhang Plains.

Jiang Wei
(202 - 264)

An officer of Shu. He once belonged to Wei, but was caught in a plot by Zhuge Liang, who had come to conquer the north. Filled with respect for Zhuge Liang, he was treated as successor and was even entrusted with Zhuge Liang's Strategy books. After his mentor's death, he vowed to fulfill Zhuge Liang's Ambition, and continued the attack against the north.

Liu Bei
(161- 223)

The First emperor of the Shu Kingdom. A long with his sworn brothers, Guan Yu and Zhang Fei, he participated in the campaign against the yellow turbans. After fighting in various battles, he estabilished the Shu Kingdom, signifying the beginning of The Three Kingdom Era. His aim was to restore the Han Dynasty, thereby bringing peace to the troubled land.

Rabu, 05 Agustus 2009


Ma Chao
(176 - 226)

The eldest son of Ma Teng, he received the nickname "Ma Chao The Splendid". Due to his skills as a warrior. in a attempt to avenge his father. He commanded an army of troops from Xi Liang to attack Cao Cao at Chang'an, but lost. He later went on to serve Liu Bei where he proposed numerous strategies, such as the capture of Han Zhong. He was counted a mong Shu's Five Tiger Generals.
Guan Ping
(? - 219)
An officer under Liu Bei. The Second son of Guan Ding. He become Guan Yu's adopted son, after Guan Yu took an interest in him when Liu Bei took Shu, he and his father protected Jing. Captured by Wu at Mai Castle. He suffered the same fate as his father.

Zhao Yun
(168 - 229)
A Shu officer. Formely a servant of Yuan Shao and later. Gongsun Zan, he changed loyalties to Liu Bei, impressed by his virtuousness and personality bold and daring. He single handedly changed through the enemy army at the Battle Of Chang Ban in order to rescue Liu Bei's son, Liu Chan. He was a mong The Five Generals Of The Shu Kingdoms.
Lu Bu
(? - 198)
The Mighty Lu Bu. He was skilled in all the martial art, especially archery and horse back riding. It was often said "A mong men, Lu Bu... A mong horse, Red Hare...". Red Hare could gallop 1000 leagues in a single day and Lu Bu burnished his fabled spear. Loyal only to him self, he cut down his own adopted father, Ding Yuan, and joined Dong Zhou, only to later betray him as well.

Selasa, 04 Agustus 2009


Dynasty Warriors mengikuti sejarah China yang terjadi pada saat 3 negara besar berkuasa dan saling menginginkan negara untuk menguasai seluruh Tiong Goan atau Tiong Kok. Kejadian itu dinamakan Sam Kok (dlm b.inggris "The Three Kingdoms", dalm b.indonesia "Zaman 3 Negara"). Semua penguasa mengatas namakan kaisar Han Hian Tee (Kaisar Dynasty Han) untuk mengembalikan ke mashyuran Dynasty Han yang perlahan mulai runtuh. Tetapi pada akhirnya Dynatsy Han runtuh setelah 400 tahun, di tangan Cao Pi, anak Cao Cao, penguasa negara Hi Touw atau Wei.